Selasa, 16 Agustus 2011

Master Backhand



Aksi Sapu Bersih China

Keberhasilan Lin Dan ternyata mampu memotivasi para pebulutangkis negeri tirai bambu lainnya untuk menyapu bersih semua gelar. Wang Yihan (2) akhirnya memupuskan mimpi Cheng Shao Chieh (7) yang menjadi bintang di turnamen ini. Yihan yang lebih unggul dari sisi serangan dan strategi pertandingan akhirnya memetik kemenangan, 21-15, 21-10.

“Saya sudah beberapa kali menghadapi dia (Shao Chieh, red) sebelumnya dan saya tahu dia mampu kembali bangkit sehingga saya harus menampilkan yang terbaik,” papar Yihan.

Fu Haifeng/Cai Yun (1) akhirnya menciptakan ‘hattrick’ di turnamen ini sekaligus mengoleksi gelar ke-4 mereka dengan menyingkirkan ganda Korea, Ko Sung Hyun/Yoo Yeon Seong (5), 24-22, 21-16. Kedigjayaan China akhirnya tak terbantahkan ketika di sektor campuran, duet Zhang Nan/Zhao Yunlei (1) mengubur harapan tuan rumah, Chris Adcock/Imogen Bankier, 21-15, 21-7.

“Mereka mengontrol jalannya pertandingan dan hari ini mereka memang tampil lebih baik” ujar Imogen paska pertandingan.

Hal tersebut juga diamini oleh sang partner, Chris Adcok, “Pertandingan ini benar-benar luar biasa. Kita tidak pernah tampil sebaik beberapa hari terakhir namun mereka mampu memaksa kita menyerah. Itulah alasan mereka berada di peringkat satu dunia.”

Di sektor ganda putri yang mempertemukan sesama pasangan China, unggulan teratas Yu Yang/Wang Xiaoli akhirnya menjadi yang terbaik setelah menundukkan Tian Qing/ Zhao Yunlei (5) 22-20, 21-11. Prestasi ini sekaligus mengulang kesuksesan Yu Yang bersama Du Jing tahun lalu.

Aksi sapu bersih China ini merupakan ulangan sejarah yang ketiga kalinya sepanjang perhelatan Kejuaraan Dunia setelah sebelumnya terjadi pada tahun 1987 dan 2010.

Final BWF

Final Results World Championsips 2011
Drama 82 Menit Chong Wei-Lin Dan

Ambisi Lee Chong Wei untuk merebut mahkota Kejuaraan Dunia pertama kalinya sekaligus menciptkan sejarah bagi negaranya harus berujung pada akhir tak terduga. Dua kali mendapatkan ‘match point’ di set ketiga ternyata tidak didukung oleh mental juara yang sempurna membuatnya harus rela menunda impian tersebut di pesta Olimpiade tahun depan.

Sejak pertama kalinya turnamen ini di gelar pada tahun 1977, Malaysia ternyata sebagai satu-satunya negara ‘powerhouse’ bulutangkis dunia yang belum sempat mencicipi gelar di turnamen level satu WBF. Tidak hanya Olimpiade, namun di turnamen Kejuaraan Dunia, tahun lalu pasangan ganda Koo Kien Keat/ Tan Boon Heong berhasi mengukir prestasi tertinggi dengan melenggang ke partai puncak. Namun sayangnya, keduanya harus mengakui ketangguhan Fu Haifeng/ Cai Yun dan membawa pulang gelar runner up.

Tahun ini, giliran Lee Chong Wei yang membuka peluang untuk menciptakan sejarah. Berhasil meniti hingga babak final dan menempati unggulan teratas di turnamen ini, Chong Wei harus kembali bertemu rival lamanya, Lin Dan yang sempat mencatat hattrick dari tahun 2007 hingga 2009. Meskipun dari 23 kali pertemuan keduanya Lin Dan masih unggul 15-8, publik negeri jiran sempat menyimpan asa kepada Chong Wei mengingat pada pertemuan terakhir, Lee mampu memetik kemanangan meyakinkan atas Lin, 21-17, 21-17 di turnamen All England tahun ini.

Di set pertama, pertandingan berlangsung cukup imbang meskipun Chong Wei senantiasa memimpin jalannya perolehan poin. Mendekati angka kritis, Lin Dan beberapa kali mampu menyamakan kedudukan di angka 14 dan berbalik memimpin 16-15. Lima angka beruntun yang dikoleksi Chong Wei mengantarnya pada ‘match point’ 20-16 namun keuletan Lin Dan kembali membuat kedudukan setara 20-20. Beruntung Lee mampu menutup set ini lebih dulu 22-20 dan mempuskan harapan Lin Dan.

Set kedua menjadi milik Lin Dan setelah berhasil mendominasi pertandingan dan unggul jauh 17-10. Berada di atas angin, tunggal terbaik China tersebut akhirnya berhasil memaksakan rubber set dengan memenangkan set ini, 21-14.

Duel terseru yang cukup alot akhirnya tersajii di set penentuan. Dominasi perolehan poin yang dibukukan Lin Dan pada paruh pertama, berhasil dipatahkan oleh Chong Wei untuk balik memimpin hingga kedudukan 16-13. Saling mengejar angka yang lebih intens dengan selisih satu poin dari pertarungan sengit kelas dunia kembali mengundang decak kagum para penonton Wembley Arena hingga kedudukan 19-19.

Chong Wei nyaris menutup set ini dengan kenangan manis ketika dua kali meraih ‘match point’ 20-19 dan 21-20. Namun Lin Dan yang hari ini tampil sempurna dan minim ‘unforced error’ berhasil membalikkan keadaan 22-21. Pengembalian Lee yang gagal melewati net akhirnya berujung pada kemenangan Lin Dan 23-21 sekaligus memastikan mahkotanya yang ke-4 di turnamen ini.

“Suatu kehormatan bisa tampil maksimal dalam pertandingan tadi tapi saya benar-benar merasa kecewa karena tidak mampu menyelesaikannya dengan sempurna,” ungkap Chong Wei yang usai pertandingan langsung meninggalkan arena karena kram yang dialaminya.

“Ini adalah turnamen Kejuaraan Dunia terbaik sepanjang karir saya dan saya sangat menanti untuk kembali ke Wembley pada Olimpiade tahun depan,” pungkasnya kemudian.

Sementara Lin Dan mengakui bahwa set ketiga merupakan pertandingan yang paling emosional, “Set ketiga sangat emosional. Saya harus berjuang keras. Saat mencapai match point, saya hanya berharap bahwa dia akan melakukan kesalahan.”

Kamis, 11 Agustus 2011

5 Negara Raja Badminton Dunia

1. China

Selama 5 kali penyelenggaraan olimpiade cabang badminton, China mengumpulkan 30 medali dengan rincian 11 medali emas, 6 medali perak, dan 13 medali perunggu. Pada 1992, prestasi China tidak begitu baik dengan hanya membawa pulang 1 perak dan 4 perunggu. Namun, di tahun-tahun berikutnya, Negara Tirai Bambu ini mampu menunjukan prestasinya di cabang badminton dengan meraih emas. Bahkan, selama beberapa kali olimpiade, beberapa kategori mampu mengantongi emas terus menerus. Kategori tersebut adalah ganda campuran (2000 & 2004), ganda putri (1996, 2000, 2004 & 2008), dan tunggal putri (2000, 2004 & 2008).



2. Indonesia

Berada di tempat kedua adalah Indonesia yang mengumpulkan 18 medali dengan rincian 6 medali emas, 6 medali perak, dan 6 medali perunggu. Badminton sendiri merupakan penyumbang medali terbesar Indonesia dalam olimpiade yang disusul angkat besi (6 medali) dan panahan (1 medali). Emas di cabang badminton disumbangkan oleh tunggal putra sebanyak 2 medali (1992 & 2004), ganda putra (1996, 2000 & 2008), dan tunggal putri (1992).

Indonesia (Sumber: Huaxley)

3. Korea Selatan

Korea selatan mampu meraih 17 medali dengan rincian 6 medali emas, 7 medali perak, dan 4 medali perunggu. Sejak awal olimpiade cabang badminton digelar, Korea Selatan sudah mampu menyumbangkan medali emas melalui ganda putra dan ganda putri. Selain itu, Korea Selatan juga cukup diperhitungkan di ganda campuran dengan perolehan medali emas pada 1996 dan 2008. Meskipun begitu, selama olimpiade cabang badminton di gelar, Korea Selatan belum pernah meraih medali emas untuk kategori tunggal putra.

Korea Selatan (Sumber: Picture.gi)

4. Denmark

Sepanjang olimpiade cabang Badminton, Denmark hanya meraih 4 medali, yaitu 1 medali emas, 1 medali perak, dan 2 medali perunggu. Medali emas diraih Denmark pada 1996 melalui ganda putra. Empat tahun berikutnya, 1 medali perak diraih melalui kategori ganda putri. Sedangkan medali perunggu pernah diraih Denmark pada 1992 melalui tunggal putra dan pada 2004 melalui ganda campuran.

Denmark Korea Selatan (Sumber: Picture.gi)

5. Malaysia

Di posisi kelima pada olimpiade cabang Badminton hadir Malaysia dengan 2 medali perak dan 2 medali perunggu. Malangnya, Badminton merupakan satu-satunya cabang olah raga yang menyumbangkan medali untuk Malaysia selama negara tersebut mengikuti olimpiade. Negara ini berhasil meraih perunggu pada tunggal putra pada 2008 dan ganda putra pada 1996. Sedangkan perunggu diraih melalui tunggal putra pada 1996 dan ganda putra pada 1992.



Selasa, 09 Agustus 2011

Lilik Sudarwati: ‘’Atlit Harus Cerdas’’

Bulutangkis.com - Lilik Sudarwati, S.Psi mantan atlit pelatnas seangkatan Susy Susanti, Alan Budikusuma, Ardy B. Wiranata, Ricky Subagja yang kini menjadi Kasubid Psikologi di PB PBSI tak ketinggalan berbagi pengalaman dalam seminar bulutangkis ‘’Peran Pendidikan Dalam Membangun Prestasi Bulutangkis Indonesia’’ dalam menyambut kejuaraan bulutangkis FISIP UI Open Badminton Championship 2011 di Kampus FISIP UI Depok, pekan lalu.

Sebagai mantan pebulutangkis yang menimba ilmu psikologi di FISIP UI, Lilik Sudarwati menyampaikan bahwa seorang atlit harus memiliki sikap percaya diri, motivasi, konsentrasi, penetapan sasaran dan mampu mengatasi stres yang timbul. Untuk mampu memiliki sikap-sikap tersebut tentunya seorang atlit harus memiliki kecerdasan.

Bulutangkis sebagai olahraga cepat dengan gerakan-gerakan atau pukulan-pukulan yang bersambung tentunya menuntut anak-anak untuk bisa mencerna instruksi-instruksi pelatihnya dengan benar. Jika tidak mampu mencerna dan menyerap instruksi pelatih tentunya program kepelatihan tidak bisa berjalan sempurna dan tidak menghasilkan prestasi bagi si anak yang berlatih.

‘’Saat ini ada orang tua yang merelakan anaknya pada usia dini untuk tidak bersekolah hanya karena kecapean berlatih bulutangkis pagi siang sore,’’ ungkap Lilik Sudarwati.

Latihan bulutangkis ada waktu efektifnya dalam sehari, tidak melulu harus berlatih bulutangkis terus seharian. Perlu ditambah dengan pendidikan untuk membentuk dan membangun daya nalar anak. Olahraga bulutangkis membutuhkan kemampuan memecahkan masalah ‘problem solving’ saat bermain di lapangan yang menuntut kecerdasan.

Lilik Sudarwati yang semasa kecilnya mengenal Rudy Hartono, Maestro bulutangkis Indonesia juara All England delapan kali menyampaikan bahwa Rudy Hartono tetap bersekolah dan meraih prestasi di bangku selolah disamping berlatih bulutangkis. Semasa di pelatnas, Lilik Sudarwati dan Susy Susanti masih sempat bersekolah ke Ragunan.

‘’Pada usia dini sekolah sangat dibutuhkan sebagai sarana mengembangkan kecerdasan,’’ ungkap Lilik Sudarwati yang telah menyusun buku ‘Mental Juara, Modal Atlet Berprestasi’.

Pertama kecerdasan intelegensi berupa kemampuan intelektual anak dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Kedua, kecerdasan emosional berupa kemampuan memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengandalkan dorongan hati. Dan ketiga, kecerdasan spiritual berupa kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin dan kejiwaan.

‘’Anak sebagai manusia adalah mahluk sosial yang perlu berinteraksi. Dan sekolah merupakan salah satu wahana berinteraksi. Sekolah penting bagi anak,’’ sekali lagi Lilik Sudarwati menekankan pentingnya sekolah bagi anak-anak. (*)

BWF World Championships 2011
Lindaweni Melaju, Hayom Kandas

Bulutangkis.com - Setelah kandasnya Adriyanti Firdasari, kini harapan meraih gelar juara dunia pada nomor tunggal putri tertumpu pada Lindaweni Fanetri. Langkah Lindaweni ke babak kedua dengan menghempaskan pebulutangkis Rusia, Tatjana Bibik di Wembley Arena, London Senin (08/08/11).

Kemenangan Lindaweni digapai tanpa perlawanan berarti dari Tatjana dalam pertarungan dua game 21-11, 21-9. Dengan kemenangan ini Lindaweni melaju ke babak kedua menghadapi pebulutangkis Jerman unggulan sembilan, Juliane Schenk yang memeperoleh bye di babak pertama.

Sementara tunggal putra Indonesia, Dionysius Hayom Rumbaka harus mengubur impiannya untuk meraih gelar juara setelah tersingkir di babak pertama. Kekalahan Hayom diderita dari pebulutangkis Finlandia, Ville Lang dalam pertarungan dua game 17-21, 18-21.

Di tunggal putra, satu harapan lagi ada pada Simon Santoso yang akan menghadapi pebulutangkis Portugal, Pedro Martins.

Sementara pebulutangkis Indonesia yang turun di hari Senin (Selasa dinihari di Jakarta) adalah pasangan ganda putri Della Destiara Haris/ Suci Rizky Andini menghadapi ganda putri Kanada, Grace Gao/ Joycelyn Ko. (*)

Kamis, 04 Agustus 2011


Nova/Butet Masih Perkasa

(badminton-indonesia.com) Paris - Ganda campuran utama Indonesia dan unggulan teratas turnamen kali ini akhirnya memboyong gelar Super Series mereka tahun ini. Nova Widianto/Lilyana 'Butet' Natsir dengan ringkas mengalahkan rekan mereka sendiri Vita Marissa/Hendra Aprida Gunawan 21-7 21-7.

Terlihat sekali perbedaan dua pasangan Indonesia yang berlaga hari ini di Stade Coubertin. Yang satu adalah mantan juara dunia sedangkan Vita/Hendra baru saja berpasangan Juni tahun ini. Walau jalannya pertandingan berlangsung santai, kedua pemain benar-benar mengeluarkan jurus all-out di lapangan.

Hari ini Nova lebih banyak mengambil inisiatif untuk menghujam smash smash keras ke lawan ketimbang bermain taktik. Butet pun menimpali permainan Nova dengan cermat dan menjalankan tugas di depan net dengan rapi.

Sementara itu Vita dan Hendra banyak membuat kesalahan yang berakibat bola keluar atau menyangkut di net. Pertahanan keduanya pun tidak sebagus pertandingan-pertandingan mereka sebelumnya. Sering sekali keduanya terlihat berbenturan mengejar bola atau salah posisi. Namun ini dapat dimaklumi mengingat umur pasangan ini hanyalah lima bulan.